Megono : Mergo.. Ono.. (Karena ada)

 

Selamat malam,

Saat tadi nonton di stasiun tv swasta, ponakan-ponakan pada minta dianter ke alun-alun Batang buat nonton hiburan rakyat yaitu pentas musik “karnaval inbox”. Sore itu juga langsung gas bareng 2 ponakanku. Sepulang itu, sampai rumah terus buka laman facebookku. Dan kebanyakan isinya tentang “Megono dan asal usulnya” ramai diperbincangkan bahkan sampai ke sarkasme, pelecehan nama daerah, fitnah ke masyarakat tertentu dan lain-lain yang menurut saya sangat tidak etis.

Setelah saya telisik bahwa awalnya adalah pengakuan dari bupati kab. Batang yang mengakui bahwa nasi megono adalah makanan khas kab. Batang, namun di media sosial banyak yang merasa tidak terima termasuk para warga kota dan kab. Pekalongan. Mirisss cahhh, bahasane Subhanallah

Nah, tiba-tiba kok malah jadi pengen nulis ya. Yaudah habis sholat magrib nyempetin lah nyari referensi, diskusi sama papa dan akhirnya nemu ide mau nulis apa… Cekibrot Bro!

Menikmati-Sedapnya-Nasi-Megono-Kuliner-Khas-Pekalongan

Nasi megono adalah makanan khas dari daerah pantura Jawa Tengah bagian barat. Makanan ini biasa ditemukan dan sangat familiar di daerah Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, sampai Kabupaten Pemalang.

Meskipun lebih identik dengan daerah Kabupaten Pekalongan, tepatnya di daerah Batang di sini hampir sepanjang jalan terdapat warung lesehan sego megono, karena makanan ini paling banyak ditemukan di warung-warung sepanjang jalan di Pekalongan. Nasi Megono terdiri atas nasi yang diatasnya diberikan cacahan nangka muda yang dicampur dengan parutan kelapa beserta bumbu-bumbu lainnya. Nasi megono biasa disajikan dengan mendoan yaitu tempe goreng tipis bertepung yang setengah matang. (Sumber Wikipedia)

Megono berasal dari mergo yang artinya sebab dan ono yang artinya ada (sumber Wikipedia, dan ceritanya papa)

Pada dasarnya, kuliner adalah identifikasi tentang bagaimana dan apa budaya makan tertentu yang berlaku di suatu daerah, dari cara makan dan penyajianpun ada yang berbeda. Walaupun sudah ada peralatan modern tidaklah mengubah pola makan yang sudah ada terkecuali menyesuaikan adat setempat. Bahkan di Indonesia juga makan ada kobokannya!

Di dalam nasi megono, ada banyak kisah yang tersaji. Cerita gembira, keluh kesah, curahan hati dan sebagainya. Namun apakah kita menyadari bahwa di dalam nasi megono itu ada sebuah kebersamaan yang hangat? Orang jawa sangat menjunjung tinggi rasa sosialisasi di atas segala-galanya. Masyarakat jawa mempunyai tradisi etiket makan yang dilakukan dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan. Ewoh pekewoh, kalau belum ada yang mulai makan ya saling menunggu, dan pasti ada yang memastikan bahwa semuanya sudah makan.

Tulisan ini isinya bukan asal mula nasi megono kok… hehehe sorry ya lha wong aku iseh enom, aku dudu ahli sejarah..

Tahu gak tahun 2013 lalu Jambi dan Palembang rebut gara-gara pempek? Sampai gubernurpun turun tangan. Tradisi minum the aja dari China tapi di Tegal jadi beda kok. Jangan sampai karena perut kosong, kantong bolong, pikiran blong dan hati “kobong” (terbakar-red)

Megono itu punya masyarakat kita, mau batang, pekalongan, pemalang, banjarnegara bahkan wonosobo pun punya. Jadi kuliner sebagai aset persatuan, mari kita jaga persaudaraan.

Oh megono, mergo sego ono tresno…. Selamat istirahat lads!

dsc04243.jpg

Leave a comment